ASPEK HUKUM FINANCIAL TECHNOLOGY: KETERBUKAAN DALAM PENYELENGGARAAN PEER TO PEER LENDING

Judul

ASPEK HUKUM FINANCIAL TECHNOLOGY: KETERBUKAAN DALAM PENYELENGGARAAN PEER TO PEER LENDING

Penulis

  • Dr. Inda Rahadiyan, S.H., M.H.

xvi, 431 hlm.

Penerbit:

FH UII Press
Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta
Phone/Fac.: 0274-379178/377043
[email protected]

ISBN: Dalam Proses

Keterangan

Halaman

xvi, 431 hlm.

Penerbit:

FH UII Press
Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta
Phone/Fac.: 0274-379178/377043
[email protected]

ISBN: Dalam Proses

Sinopsis

KATA PENGANTAR:
Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M.
(Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada)

Financial Technology (Fintech) telah menjadi sebuah istilah yang cukup familiar tidak hanya di kalangan pelaku industri jasa keuangan, tetapi juga di kalangan masyarakat luas.
Salah satu jenis layanan Fintech yang banyak mendapat perhatian publik adalah Fintech pendanaan atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Peer to Peer Lending”. Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan total pendanaan Peer to Peer Lending mencapai lebih dari 80 Triliun Rupiah per April 2025. Selain itu, jumlah pendanaan kepada sektor produktif juga terus menunjukkan tren peningkatan.

Terlepas dari fakta mengenai perkembangan jumlah dan kegunaan pendanaan, satu hal yang perlu dipahami adalah bahwa penyelenggaraan Peer to Peer Lending sejatinya merupakan bentuk penyelenggaraan pendanaan berisiko tinggi (high-risk). Secara mendasar, tingginya risiko pendanaan Peer to Peer Lending disebabkan oleh melekatnya asimetri informasi. Pada satu sisi, Perusahaan Penyelenggara Peer to Peer Lending merupakan pihak yang paling banyak memiliki akses terhadap informasi-informasi penting dan mendasar perihal pendanaan. Pada sisi lain, keputusan pendanaan yang dilakukan oleh Pemberi Dana bergantung sepenuhnya kepada keterbukaan informasi yang dilakukan oleh Perusahaan Penyelenggara.

Kualitas keterbukaan informasi yang dilakukan oleh Perusahaan Penyelenggara memegang peran sentral bagi terwujudnya jaminan pelindungan bagi Pemberi Dana. Inilah yang
kemudian menjadi alasan mendasar mengenai pentingnya dilakukan pengaturan keterbukaan informasi secara memadai dalam penyelenggaraan Peer to Peer Lending. Melalui buku ini, Penulis menyajikan gagasan dan pemikiran mengenai substansi pengaturan keterbukaan informasi yang dianggap ideal bagi penyelenggaraan Peer to Peer Lending. Buku ini menarik untuk dibaca tidak hanya oleh kalangan mahasiswa dan pene
liti tetapi juga oleh kalangan praktisi mengingat buku ini juga berisi uraian mengenai aspek hukum Fintech secara umum.

Daftar Isi

DAFTAR ISI
Kata Pengantar: Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. ………..v
Prakata Penulis …………………………………………………………………………………..vii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………1
A. Dasar Pemikiran …………………………………………………………….1
B. Perspektif Teoretis ……………………………………………………..27
1. Teori Keadilan Plato …………………………………………….27
2. Teori Keadilan Aristoteles ………………………………….29
3. Konsep dan Pemikiran Pelindungan Hukum .34
4. Teori Asimetri Informasi ……………………………………..40
5. Teori Rasionalitas Terbatas ……………………………….53
C. Metode Penelitian ………………………………………………………62
1. Jenis Penelitian ……………………………………………………..63
2. Fokus Penelitian …………………………………………………..64
3. Data Penelitian ……………………………………………………..64
4. Narasumber Penelitian ……………………………………….64
5. Bahan Hukum ……………………………………………………….65
8. Metode Analisis Data ………………………………………….69
9. Teknik Penarikan Kesimpulan ………………………….69
BAB II PEMAHAMAN DASAR FINANCIAL TECHNOLOGY
DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM
PENYELENGGARAAN JASA KEUANGAN …………..71
A. Istilah dan Pengertian Financial Technology ……….71
B. Financial Technology dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggaraan Sektor Jasa Keuangan ……………82

C. Financial Technology dan Inklusi Keuangan……..147
D. Financial Technology Peer to Peer Lending ……166
E. Keterbukaan Informasi dalam Penyelenggaraan
Jasa Keuangan …………………………………………………………..172
BAB III RISIKO-RISIKO PENYELENGGARAAN FINANCIAL
TECHNOLOGY DAN PELINDUNGAN BAGI
PENGGUNA ……………………………………………………….183
A. Risiko-Risiko Penyelenggaraan Financial
Technology ………………………………………………………………..183
B. Risiko Keamanan Data Pribadi Dalam
Penyelenggaraan Financial Technology …………..222
C. Pelindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan
Pelindungan Pengguna Financial Technology ..235
BAB IV ARTI PENTING PENGATURAN KETERBUKAAN
INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEER
TO PEER LENDING ……………………………………………245
A. Arti Penting Penting Pengaturan Berdasarkan
Argumentasi Filosofis …………………………………………….245
B. Arti Penting Pengaturan Berdasarkan
Argumentasi Yuridis ………………………………………………..256
C. Arti Penting Pengaturan Berdasarkan
Argumentasi Sosiologis …………………………………………266
a. Desentralisasi Sistem Keuangan dalam
Penyelenggaraan LPBBTI ………………………………..267
b. Asimetri Informasi Sebagai Persoalan Utama
dalam Penyelenggaraan Layanan Pendanaan
Bersama Berbasis Teknologi Informasi ………..271
c. Gagal Bayar Sebagai Risiko Utama bagi
Pemberi Dana ……………………………………………………282
d. Adanya Persamaan Unsur Substantif Antara
LPBBTI dengan Kredit Bank…………………………..286
e. Keterbukaan Informasi Sebagai Upaya Kunci
dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi dan

Meningkatkan Pelindungan bagi Pemberi
Dana ……………………………………………………………………..294
f. Gambaran Pelaksanaan Keterbukaan
Informasi oleh Penyelenggara LPBBTI di
Indonesia ……………………………………………………………..305
BAB V PENGATURAN KETERBUKAAN INFORMASI
PENYELENGGARAAN PEER TO PEER LENDING
DI BEBERAPA NEGARA ……………………………………..311
A. Pengaturan Keterbukaan Informasi Peer to Peer
Lending di Amerika Serikat …………………………………….311
1. Pengaturan Berdasarkan Securities Act ……….311
2. Pengaturan Berdasarkan Dodd-Frank Act ….316
3. Pengaturan Berdasarkan Jumpstart Our
Business Startups Act ………………………………………319
B. Pengaturan Keterbukaan Informasi Peer to Peer
Lending di Inggris …………………………………………………….319
C. Pengaturan Keterbukaan Informasi Peer to Peer
Lending di China ……………………………………………………….324
D. Perbandingan Pengaturan Keterbukaan Informasi
Peer to Peer Lending Antara Amerika Serikat,
Inggris dan China …………………………………………………….326
BAB VI IUS CONSTITUENDUM PENGATURAN
KETERBUKAAN INFORMASI PEER TO LENDING
GUNA MENINGKATKAN PELINDUNGAN BAGI
PEMBERI DANA …………………………………………………331
A. Ius Constitutum Pengaturan Keterbukaan
Informasi LPBBTI dan Kelemahannya ………………331
1. Substansi Pengaturan dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang OJK jo. Undang
Undang Nomor 4 Tahun 2023 Tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan …………………………………………………………….332

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Pelindungan Konsumen …………………………………..337
3. POJK Nomor 10/POJK.05/2022 Tentang
Layanan Pendanaan Bersama Berbasis
Teknologi Informasi ……………………………………………337
4. POJK Nomor 6/POJK.07/2022 Tentang
Pelindungan Konsumen dan Masyarakat di
Sektor Jasa Keuangan ……………………………………..339
B. Ius Constituendum Pengaturan Keterbukaan
Informasi Peer to Peer Lending Guna Mening kat
kan Pelindungan Bagi Pemberi Dana ………………..342
1. Substansi Pengaturan Keterbukaan Informasi
Penyelenggaraan Peer to Peer Lending di
Amerika Serikat, Inggris dan China Yang dapat
Diadopsi dan Diataptasi ke Dalam Pengaturan
LPBBTI ………………………………………………………………….342
2. Usulan Formulasi Pengaturan Keterbukaan
Informasi LPBBTI Guna Meningkatkan
Pelindungan Bagi Pemberi Dana ………………….345
C. Pengaturan Keterbukaan Informasi Pasca
Terbitnya POJK Nomor 40 Tahun 2024 tentang
Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi
Informasi …………………………………………………………………….380
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………389
Lampiran
Perbandingan POJK Nomor 10 Tahun 2022 dan
POJK Nomor 40 Tahun 2024 …………………………………421
Tentang Penulis ……………………………………………………………..430