Character Building Refreshing DPA dan Pendamping DPA Prodi Hukum Program Sarjana
Magelang (9/11) Program Studi Hukum Program Sarjana (PSHPS) Fakultas Hukum UII menyelenggarakan kegiatan Refreshing DPA dan Pendamping DPA dalam bentuk Character Building. Diselenggarakan pada Sabtu-Ahad, 9-10 November 2019 di Back Garden Oxalis Magelang.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Dr. Abdul Jamil, S.H., M.H. dalam sambutannya menyampaikan bahwa dengan character building bagi Dosen Pendamping Akademik (DPA) dan para pendamping DPA diharapkan dapat menjawab beberapa temuan pada Audit Mutu Internal (AMI) pada setiap tahunnya, yaitu kelulusan tepat waktu yang masih belum memuaskan. Kelulusan tepat waktu bagi mahasiswa PSHPS adalah hal yang sangat penting. Semakin cepat mahasiswa lulus maka kesempatan selanjutnya semakin terbuka, tetapi ketika semakin lambat mahasiswa lulus maka persaingan yang dilalui semakin berat.
Abdul Jamil juga menambahkan bahwa tidak mungkin FH UII akan menumpuk semakin banyak mahasiswa dan lambat meluluskan. Akan menjadi beban institusi. Karena mulai 2020 mendatang mahasiswa yang lulus melebihi 7 tahun, maka dia tidak akan mendapatkan PIN (Penomeran Ijasah Nasional). Yaitu salah satu indikator atau penanda untuk para lulusan yang melebihi jatah maksimal masa studi. PIN ini akan dimanfaatkan oleh instansi pemberi kerja untuk melakukan seleksi kepada calon pegawai. Sebenarnya Menristek sudah membuat peraturan Drop Out mahasiswa dengan memberikan aturan masa kuliah maksimal 7 tahun. Tetapi banyak dilanggar oleh para penyelenggara perguruan tinggi. Dengan cara seperti ini, maka setiap prodi akan berusaha agar mahasiswanya mendapatkan PIN sebelum masa 7 tahun. “Jika lebih mahasiswa luluspun seperti tidak ada gunanya ijasah yang diperoleh”, tegas Dekan FH UII.
Kegiatan character building yang dikemas dalam bentuk out bond dipandu oleh Bapak Maryono, S.Psi., M.Psi., dan Ibu Ratna Syifaa, S.Psi., M.Psi. Permainan yang dibangun memberikan gambaran karakter para peserta pelatihan. Karakter-karakter bagus yang muncul kemudian dikembangkan oleh trainer menjadi model bagi peserta lain, seperti rasa tanggung jawab mendidik bimbingan, suka memberikan penghargaan walaupun sekedar kata dan ucapan, sabar, dan perhatian.