YAPHIN dan FH UII Membuka Sekolah Pra Nikah
Tamansiswa (28/7) Jum’at, 28 Juli 2017, di Ruang Sidang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, dibuka secara resmi Sekolah Pra Nikah (SPN) Assakinah di FH UII. SPN Assakinah dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH., Sp.Ks., selaku Ketua Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Yogyakarta.
SPN Assakinah ini merupakan kerjasama antara Yayasan Abituren Pendidikan Hakim Islam Negeri (YAPHIN) dengan FH UII dalam rangkan merespon tingginya angka perceraian dan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Disampaikan oleh Bpk. Romli selaku Kepala SPN, bahwa angka KDRT seperti gunung es, karena ada indikasi lebih banyak yang enggan mengungkap dalam ranah publik. SPN Assakinah ini akan berlangsung selam satu setengah bulan dengan berbagai materi pokok mengenai pilar-pilar keluarga.
Bpk. Aunur Rohim Faqih, selaku Dekan FH UII menyampaikan sambutan yang baik mengenai kerjasama ini. Karena menurut beliau keluarga adalah pondasi dalam berkehidupan. Tuhan mengingatkan kepada kita semua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya SPN memiliki dimensi vetikal maupun horizontal.
Dalam sambutan singkatnya sebelum membuka secara resmi, Bpk. Soewadi menyampaikan bahwa persoalan yang banyak mengakibatkan perselisihan dan perceraian adalah persoalan kesehatan jiwa. Masalah mental dan psikis lebih sering menjadi faktor pemicu. Oleh karena penting adanya pembekalan pra nikah untuk mempersiapkan pasangan muda memasuki dunia keluarga.
Sebagai acara puncak, Kuliah Umum yang disampaikan oleh Prof. Dr. Abu Bakar Thoha. Beliau menyampaikan materi dengan tajuk Study Kasus Kisah H. Abubakar Thoha selama 50 tahun Mewujudkan Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah. Ini merupakan pengalaman Beliau selama 50 tahun membangun keluarga, dan sudah dibukukan.
Prof. Abu Bakar menggambarkan secara umum sebuah keluarga yang sakinah. Pilar-pilar keluarga yang harus dipegang sebagai komitemen berasama pasangan suami istri. Masing-masing sebagai bagian menyempurnakan dan menutupi kekurangan pasangan masing-masing. Kemampuan dan kemauan menerima kekurnagan masing-masing menjadi pilar yang tidak kalah penting.
Untuk mewujdkan keluarga sakinah harus direncanakan dengan matang. Prof. Abu Bakar mengemukakan bagiamana strategi membangun keluarga sakinah. Mulai dari menyusun misi sebagai gambaran masa depan. Dunia adalah ladang akherat, sehingga membangun keluarga harus memiliki dua dimenasi yang utuh.
Pada sesi terakhir, Bpk. Imam Mujiono sebagai salah satu Mentor SPN, menyampaikan bahwa lebih baik menyalakan lilin daripada sekedar mengutuk kegelapan. SPN adalah wujud usaha bersama mengurangi kegelapan berbagai masalah keluarga. Forum diakhiri dengan berfoto bersama. Semoga sukses dan barokah SPN. Amin. (Syarif NH)