Tag Archive for: Fakultas Hukum

Sample Image

Sample ImageKomunitas Peradilan Semu (KPS) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) kembali menggelar Kompetisi Peradilan Semu Pidana Tingkat Nasional Piala Abdul Kahar Muzakkir III yang diselenggarakan pada 15-17 Agustus kemarin. “Ini adalah event 2 (dua) tahunan yang rutin diselenggarakan oleh KPS pada tahun 2005, 2007, dan sekarang ini 2009. Disamping itu, kegiatan ini merupakan program kerja periode 2008-2009 yang telah disetujui pada Desember tahun lalu”, ujar Rizky Ramadhan Baried, Ketua Umum KPS FH UII yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan ini.

Kompetisi Peradilan Semu Pidana Tingkat Nasional Piala Abdul Kahar Muzakkir III Tahun 2009

Sample Image

Komunitas Peradilan Semu (KPS) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) kembali menggelar Kompetisi Peradilan Semu Pidana Tingkat Nasional Piala Abdul Kahar Muzakkir III yang diselenggarakan pada 15-17 Agustus kemarin. “Ini adalah event 2 (dua) tahunan yang rutin diselenggarakan oleh KPS pada tahun 2005, 2007, dan sekarang ini 2009. Disamping itu, kegiatan ini merupakan program kerja periode 2008-2009 yang telah disetujui pada Desember tahun lalu”, ujar Rizky Ramadhan Baried, Ketua Umum KPS FH UII yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan ini.

Persiapan panitia dimulai sejak bulan Maret 2009. Persiapan kegiatan berupa pembuatan konsep perlombaan dan rangkaian acara. Kata Bayu Saputro, Ketua Steering Committee Panita, “Mengenai konsep lomba, khususnya penjurian kami datangkan dari para alumni FH UII yang telah melanglang buana dalam profesinya. Hal ini untuk menjaga objektivitas penilaian juri terhadap peserta, dan menunjukkan bahwa alumni FH UII banyak yang sukses”.

                Adapun nama-nama Dewan Juri dan kapasitasnya adalah sebagai berikut :

 

HAKIM

KEJAKSAAN

PENGACARA

AKADEMISI

Muslim, SH.

Kamari, SH.

Achiel Suyanto, SH., MBA

Muh. Abdul Kholiq, SH., M.Hum

Sahlan Said, SH.

Yusrin Nicoriawan, SH.

Nur Ismanto, SH., M.Si

Dr. Rusli Muhammad, SH., M.Hum

Komari, SH., M.Hum

Diah Ayu S., SH., M.Hum

Teguh Sri Rahardjo, SH.

Machsun Tabroni, SH., M.Hum

 

Sample ImageMengenai rangkaian acara dan segala pernak-perniknya dipercayakan kepada Kurnia Budi Nugroho, pengurus KPS, mahasiswa FH UII angkatan 2006. Mengangkat tema “Internalisasi Moral dan Intelektual untuk Mewujudkan Hukum sebagai Pengawal Demokrasi”, tercatat ada 12 (dua belas) pendaftar yang mengikuti kegiatan ini dari sekitar 30 (tiga puluh) undangan. “Sebenarnya kami agak kecewa dengan minimnya minat dari para calon delegasi yang kami kirim undangan, dan sebenarnya rentang waktu pendaftaran pun cukup lama, bahkan kami sempat memperpanjangnya selama 7 (tujuh) hari, namun respon dari penerima undangan kurang baik” demikian selorohnya.

Kedua belas delegasi pendaftar tersebut antara lain :

1.       Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta;

2.       Fakultas Hukum Universitas Trisakti;

3.       Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan;

4.       Fakultas Hukum Universitas Airlangga;

5.       Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;

6.       Fakultas Hukum Universitas Padjajaran;

7.       Fakultas Hukum Universitas Katholik Parahyangan;

8.       Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo;

9.       Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10.    Fakultas Hukum Universitas Pancasila;

11.    Fakultas Hukum Universitas Udayana;

12.    Universitas Indonesia.

 Sample ImageSample ImageSample ImageSample Image

Dan gong pembukaan acara pada tanggal 15 Agustus 2009 pun ditabuh oleh Sutarno, Wakil Rektor III selaku perwakilan dari Rektorat UII yang berkesempatan menyambut sekaligus membuka perhelatan akbar 2 (dua) tahunan ini. Bertempat di Auditorium Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang Km. 14, seluruh delegasi diantar dengan menaiki bus yang telah disediakan panitia dan dikawal oleh satu unit Patwal dari Kesatuan Polisi Lalu Lintas Yogyakarta. Acara tepat dimulai pukul 19:30 WIB, diawali dengan acara seremonial pada umumnya danSample Image dalam kesempatan ini para delegasi dihibur oleh penampilan dari Paduan Suara Mahasiswa UII dan Kelompok Seni “Kamasetra” dari UNY yang menampilkan sendra tari Gambyong dan Gathut Kaca GandrungTidak ketinggalan, prosesi sumpah juri dilakukan di depan delegasi yang dipandu oleh Nandang Sutrisno selaku Wakil Dekan FH UII membacakan ikrar sumpah juri dan ditirukan oleh sejumlah juri yang hadir pada malam itu. Menurut Teguh Sri Rahardjo, salah satu juri pada kegiatan ini, dan sekaligus pembimbing KPS, bahwa ini hanya dilakukan ketika KPS FH UII menjadi tuan rumah, dan ini harus dilakukan agar para delegasi percaya dan tidak ragu akan tugasnya.

Suasana persaingan pun tidak terelakkan ketika acara pembukaan telah selesai dilaksanakan, dan perwakilan delegasi mengikuti Technical Meeting di kampus FH Taman Siswa. Hasil dari Technical Meeting tersebut memisahkan delegasi menjadi 3 (tiga) kelompok, yang dari masing-masing kelompok tersebut akan diambil 1 (satu) delegasi dengan nilai tertinggi untuk berhak maju ke babak final.

Berikut adalah pengelompokan berdasarkan hasil Technical Meeting tanggal 15 Agustus 2009 malam :

 

KELOMPOK A

KELOMPOK B

KELOMPOK C

Univ. Atma Jaya Yogyakarta

Univ. Diponegoro

Univ. Udayana

Univ. Ahmad Dahlan

Univ. Padjajaran

Univ. Sumatera Utara

Univ. Trisakti

Univ. Katholik Parahyangan

Univ. Pancasila

Univ. Airlangga

Univ. Trunojoyo

Univ. Indonesia

 

Tanggal 16 Agustus 2009, bertempat di Pengadilan Negeri Yogyakarta Jalan Kapas, perlombaan dimulai dari jam 09:00 WIB sampai dengan 16:00 WIB. Dalam kompetisi peradilan semu, ada 2 (dua) aspek yang menjadi penilaian oleh juri. Pertama, adalah berkas atau rekes yang jauh-jauh hari sebelum acara dimulai sudah dikumpulkan oleh panitia dan dinilai khusus oleh Dewan Juri Berkas. Komponen penilaian antara lain adalah : kelengkapan berkas, dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan baik formil maupun materiil. Kedua, adalah penampilan persidangan yang diperagakan oleh para delegasi di depan Dewan Juri Penampilan. Komponen penilaiannya antara lain : ketepatan waktu, kostum, pendalaman karakter, dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan baik formil maupun materiil. Dari kedua komponen penilaian tersebut lalu diakumulasikan dan menjadi nilai utuh yang akan menentukan siapa yang berhak maju ke babak final.

Malam harinya diadakan pertemuan antara perwakilan delegasi dengan panitia untuk menghitung hasil penilaian oleh Dewan Juri. Hasilnya di luar dugaan, margin nilai antara peringkat pertama yang berhak lolos ke final dan peringkat kedua di masing-masing kelompok tidak lebih dari 30 (tiga puluh) angka. “Sangat luar biasa, baru pertama kali selama saya ikut lomba mengalami seperti ini, masa paut angkanya hanya 4 (empat) angka saja” kata salah satu peserta.

Hasilnya Kelompok A diwakili oleh Fakultas Hukum Universitas Trisakti, sedangkan Kelompok B oleh Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, dan Kelompok C oleh Fakultas Hukum Universitas Pancasila.

Babak final dimulai pada pukul 09:00 WIB pada tanggal 17 Agustus 2009, bersamaan dengan upacara bendera memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Bertempat di kampus FH UII Jalan Taman Siswa, tepatnya di ruang II/08 dan II/09 yang sebelumnya telah disulap menjadi ruang sidang oleh panitia, delegasi Fakultas Hukum Universitas Padjajaran mengawali penampilannya disusul oleh Fakultas Hukum Universitas Trisakti dan diakhiri oleh Fakultas Hukum Universitas Pancasila.

Malam harinya, bertempat di lapangan parkir Hotel Brongto, tempat para delegasi menginap diadakan acara penutupan di bawah langit malam Yogyakarta, acara yang paling dinanti tidak hanya oleh para delegasi, namun juga panitia, untuk mengetahui siapa juara baru di Kompetisi Peradilan Semu Piala Abdul Kahar Muzakkir III ini. Dibacakan oleh Ketua Dewan Juri, salah seorang alumni FH UII, Achiel Suyanto dalam Surat Keputusan Dewan Juri yang menyatakan bahwa :

·        Juara pertama diberikan kepada Fakultas Hukum Universitas Pancasila;

·        Juara kedua diberikan kepada Fakultas Hukum Universitas Padjajaran; dan

·        Juara ketiga diberikan kepada Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

Tidak kalah penting, diberikan pula penghargaan kepada penampil terbaik (the best performance) yang memerankan Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Penasihat Hukum, dan Panitera Pengganti. Fakultas Hukum Universitas Pancasila membawa pulang 2 (dua) penghargaan sekaligus, yaitu sebagai Majelis Hakim terbaik, dan Jaksa Penuntut Umum terbaik. Sedangkan Penasihat Hukum terbaik jatuh di tangan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, dan Panitera Pengganti terbaik direbut oleh Fakultas Hukum Universitas Padjajaran.

Pada penyelenggaraan kompetisi peradilan semu tingkat nasional kali ini, saya akui memang masih ada celah di sana-sini yang menyebabkan kurang sedap dirasakan oleh kami selaku penyelenggara, namun syukur Alhamdulillah bahwa tidak ada gesekan-gesekan atau perselisihan antara delegasi dengan panitia” tutur Rizky Ramadhan Baried. Ditambahkan bahwa kompetisi seperti ini ingin sekali diwujudkan oleh KPS di internal lingkungan kampus FH UII. “Pertama, saya merasakan bahwa sudah lama sekali di kampus FH UII tidak diadakan kompetisi antar mahasiswa, harapan kami tentu ini bisa direspon positif oleh kawan-kawan mahasiswa. Kedua, tentu untuk proses regenerasi KPS itu sendiri. Persaingan kompetisi di tingkat nasional sudah demikian ketatnya, oleh karena itu tidak salah kalau kami menjaring bibit-bibit unggul untuk bergabung dengan KPS, berjuang bersama-sama di kompetisi peradilan semu tingkat nasional, mengharumkan nama almamater”. (Sari/Rizky)

Active Image

Active ImageDunia tidaklah sempurna dan keabadian itu hanyalah milik Alloh semata. Begitu pepatah kita hidup. Sebuah kemajuan dan usaha harus terus kita gali untuk terus mendapatkan kemajuan di segala bidang. Begitu juga yang terjadi dengan system akuntasi terpadu yang diterapkan di UII oleh Pengurus Badan wakaf UII.

PYBW sinkronisasi Suplies Opname


Active ImageSistem SIAT ini telah lama diterapkan, namum implementasinya harus terus didamping dan disempurnakan. Jumat (7/8) pagi bertempat di Ruang Sidang 1 Jalan Cik di tiro 1 Yogyakarta, PYBW diwakili ibu Noor dan Ibu Nurul mengadakan pertemuan bagi pelaksana SIAT di lingkungan UII. Sebanyak 35 peserta yang terdiri dari Kepala Divisi Umum danRumah Tangga beserta Kepala urusan dan staffnya melakukan koordinasi dan sinkronisasi Suplien Opname di lingkungan kerjanya.

Di dead line sampai dengan tanggal 15 Agustus pekan depan semua pelaksana SIAT harus sudah melakukan sinkrinisasi data suplies opname di fakuyltasnya masing-masing.

Kegiatan ini dilakukan mengingat tidak semua unit melakukan update suplies opname setiap saat, dan hal ini agar stok barang yang ada di system dengan yang ada di Storage location sama adanya, bigitu pinta Ibu Noor selaku penanggungjawab SIAT UII. Selamat bekerja kawan-kawan, demi majunya UII tercinta (sariyanti/arief SK)

Active Image

Active Image(13/8) Yogyakarta pagi ini kehilangan salah seorang Guru Besar Terbaik dari Fakultas Hukum UII. Pagi pukul 08.00 WIB dari Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta Fakultas Hukum UII digemparkan dengan meninggalnya Prof. Dr. Dahlan Thaib,SH., M.Si. Beberapa hari yang lalu Beliau memang sempat drop kondisi kesehatannya. Tetapi saat Pimpinan FH UII menjenguk Rabu, 12 Agustus 2009, Beliau sempat berkelakar “Besuk saya sudah pulang kok!”. Namun kepulangan Beliau ternyata Ke-Rahmatullah”. Innalillahi wa innailaihi raji’un…. Selamat Jalan Bapak Semoga Allah memberikan Ridha dan MaghfirohNya…Amiin. Insya Allah akan dimakamkan Kamis, 13 Agustus 2009 dari Rumah Duka Jam 15.00 Wib.

Active Image

I.      DATA PRIBADI

Nama                           : PROF.DR.H. DAHLAN THAIB,SH.MSI

NIP/NIK                       : 130 812 590

Tempat Lahir              : Kuta Binja (Aceh)                                                                    

Tgl. Lahir                    : 15 Agustus 1951

Jenis Kelamin              : L

Status Kawin               : Kawin                                                                                                       

Jumlah Anak                : 3

Gol. Darah                   : B                                                                                               

Agama                         : Islam

Pangkat/Gol               : Pembina/IV.B                                                                                          

Pend. Tertinggi          : S3

T.M.T                           : 1 April 1996                                                                                             

Status Dosen              : Tetap (negeri)

Jabatan Akademik      : Guru Besar                                                                                              

Jabatan Struktural     : Direktur Pascasarjana UII

Alamat

Rumah                                 : Jl. Kaliurang Km 8 Gang Pusung No. 6 Dayu Sleman Yogyakarta

Telp.                                    : 880353                                                                                             

Fax                                      :

Kantor                                 : Pascasarjana Fak. Hukum UII Jln. Cikditiro 1 Yogyakarta          

Telp.                                    : 520661                                                                                             

Fax                                      : 520661

Email                                    :

IDENTITAS KELUARGA

Nama isteri/suami                  : Megawati, SH., M.Hum

Pekerjaan                               : Dosen (Dekan FH UAD)

Nama anak kandung               :   1.    Meutia Ramadhani

 2.      Mohamad Hawari

 3.      Keumala Hayati

Nama orang tua kandung                                                            Nama mertua        

Ibu                                           : Adnin                                 Ibu           : Yusnidar

Bapak                                      : M Thaib                              Bapak      : Marsalam


Riwayat :

01 Juli 1977                            Calon Dosen Fakultas Hukum UII

01 Juli 1978                            Dosen Tetap Fakultas Hukum UII

1982 – 1989                            Pembantu Rektor III Universitas Islam Indonesia

01 Juli 1990                            Ketua Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UII

01 Mei 1994                            Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UII

01 Januari 1996                      Ketua Program Magister Hukum UII

24 Juni 2000                           Direktur Program Pasca Sarjana (YMT) UII

01 Oktober 2001                   Guru Besar

28 Februari 2005                   Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah Propinsi DIY

19 Januari 2009                     Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan

  PENDIDIKAN/KEAHLIAN (SD s/d PT)

1)  S3      Doktor   UNPAD     Hukum     Indonesia     Bandung        1994 s/d  2000

2)  S2      Msi         UGM         Sospol      Indonesia     Yogyakarta   1991 s/d 1993

3)  S1      SH          UII            Hukum     Indonesia     Yoghyakarta1971  s/d 1976

4)  SMA                 Negeri                      Indonesia     Aceh              1968 s/d 1970

5)  SMP                 Negeri                      Indonesia     Aceh              1965 s/d 1967

6)  SD                   Negeri                      Indonesia     Aceh               1959 s/d 1964

 

 Setelah sukses menggelar diskusi terbatas kasus-kasus derah perbatasan, kembali CLDS (Pusat Studi Hukum Lokal) Fakultas Hukum UII akan menyelenggarakan pelatihan bagi calon usaha kecil dan pelaku UKM di wilayah DIY. Kegaiatan ini akan segera digelar di Hotel Shapir Yogyakarta besok Selasa 11 Agustus 2009 pekan depan.

Setelah sukses menggelar diskusi terbatas kasus-kasus derah perbatasan, kembali CLDS (Pusat Studi Hukum Lokal) Fakultas Hukum UII akan menyelenggarakan pelatihan bagi calon usaha kecil dan pelaku UKM di wilayah DIY. Kegaiatan ini akan segera digelar di Hotel Shapir Yogyakarta besok Selasa 11 Agustus 2009 pekan depan.

Jawahir Thontowi selaku komandan CLDS mengundang kepada para pelaku UKM dan calon UKM untuk ikut bergabung pada pelatihan ini. Selain diberikan materi kewirausahaan juga diberikan materi bisnis ditinjau dari aspek hukum. Rencana nara sumber akan dihadirkan antara lain Herien Priyono (bisnis dalam oerspektif pers), Nunung (UII), Zairin Harahap Sh MSi (Bisnis dalam presspektih hukum) dan sebagainya.

Active Image

Active ImageSebuah kebanggaan tersendiri bagi Fakultas Hukum UII, sudah banyak Fakultas Hukum perguruan tinggi negeri maupun swasta yang berkunjung ke Fakultas Hukum UII khususon ke Laboratorium Hukumnya. Dalam pekan pertama bulan Agustus ini saja sudah dua perguruan tinggi berkunjung ke FH UII. Adalah Universitas Prof.Dr.Hazairin SH yang berasal dari Propinsi Bengkulu, Selasa (2/8) kemarin melakukan kunjungan ke Laboratorium Hukum. Tidak tanggung-tanggung sebanyak 205 peserta yang terdiri dari Rektor Dekan FH Hazairin dan mahasiswa tingkat akhir (semester 8) mengikuti kunjungan ini.

 Laboratorium Hukum FH Terima Kunjungan UNHAZ  Bengkulu

Active ImageJamuan penerimaan tamu diterima di Ruang Auditorium FH UII lantai 3 Jalan tamansiswo 158 Yogyakarta. Dan panitia penerimaan tamu terpaksa membuka ruang kuliah R III/07 karena tidak muatnya ruang auditorium. Rektor bersama rombongan diterima oleh Dekan dan pimpinan FH UII tepat pukul 13.30 wib.

Ceremonial acara dilakukan selama 20 menit, selanjutnya rombongan dibagi kedalam empat kelompok. Kelompok pertama yang dipimpin langsung oleh Rektor Hazairin mengikuti sharing dandialog bersama Pimpinan Fakultas Hukum, kelompok kedua  sebanyak 50 orang mahasiswa dan dosen pembimbing melakukan studi banding ke LKBH  di Jl Lawu 3 Kotabaru dan diterima oleh Direktur LKBH Zairin Harahap, SH Msi beserta staffnya. . Kelompok ketiga melakukan kunjungan di Ruang Diorama Hukum (yang baru saja diresmikan penggunaannya oleh Dekan) dan diguide oleh Ketua Laboratorium Hukum, Masyhud Asyahari. Sedangkan kelompok empat diterima oleh Kepala Pusdiklat (sdiwakili oleh Eko Rial Nugroho,Ka.Bid.Pendidikan) dan diterima di Ruang Audiovisual lantai 3 FH UII.

Laboratorium Hukum mengalami perkembangan pesat selama dipimpin oleh Bopo Masyhud Asyhari SH MKn. Selain kompaknya kedua pusat studi dibawah asuhannya (PUSDIKLAT dan PKBH) juga berhasil membentuk sebuah Ruang diorama, dimana ruang ini selain berisikan berbagai rpoduk hukum nasional, international bahkan produk hukum daerah di wilayah DIY, juga menyediakan layar telekonferensi yang kedepannya bisa digunakan untuk akses langsung persidangan-persidangan di Mahkamah Konstitusi. Langkah akses ini sudh dalam proses negosiasi dengan Ketua MK yang tidak lain adalah Prof DR.Mahfud MD SH SU yang notabene alumni FH UII juga. Selain itu juga Ruang Diorama ini dilengkapi dengan empat komputer yang dirancang sebagai IT Diorama untuk bisa mengakses isi diorama secara lengkap dalam bentuk software. Sedangkan hardkopinya pihak administrator yang setiap harinya jaga di ruang ini siap memberikan atau mencetakkan. Pokoknya service memuaskan begitu kata Sugeng Raharjo yang setia mendampingi para pengunjung setiap harinya.(ariyanti/arief SK)

 

Active Image

Active ImageTamansiswa (1/8), Diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh Rektorat Universitas Islam Indonesia kolaborasi dengan Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UII berlangsung dengan menghadirkan tiga pembicara. Berbicara pada awal  diskusi Dr. Winahyu Erwiningsih, SH., M.Hum. yang mengungkap Keistimewaan Yogyakarta dari sisi pertanahan. Sebagai pembicara kedua Dr. Drs. Jaka Sriyana, M.Si. memberikan argumen dari sisi perekonomian. Sedangkan pembicara terakhir adalah Prof. Dr. Dahlan Thaib, SH.,  M.Si. yang banyak menceritakan sejarah Yogyakarta sebagai daerah yang layak diistimewakan.

 

Active ImageTamansiswa (1/8), Diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh Rektorat Universitas Islam Indonesia kolaborasi dengan Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UII berlangsung dengan menghadirkan tiga pembicara. Berbicara pada awal  diskusi Dr. Winahyu Erwiningsih, SH., M.Hum. yang mengungkap Keistimewaan Yogyakarta dari sisi pertanahan. Sebagai pembicara kedua Dr. Drs. Jaka Sriyana, M.Si. memberikan argumen dari sisi perekonomian. Sedangkan pembicara terakhir adalah Prof. Dr. Dahlan Thaib, SH.,  M.Si. yang banyak menceritakan sejarah Yogyakarta sebagai daerah yang layak diistimewakan.

Sejarah keberadaan DIY diawali dengan adanya Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada tanggal 12 Pebruari 1755. Perjanjian yang ditandatangi oleh pihak Kompeni yang diwakili Hartingh, pihak Sunan Paku Buwono III yang diwakili oleh Patih Adipati Pringgalaya dan pihak Sunan Kabanaran yang diwakili Pangeran Natakusuma tersebut berisi 9 (sembilan) pasal kesepakatan. Salah satu pasal kesepakatan tersebut adalah Susuhunan berhak menjadi raja atas separuh wilayah mataram dengan gelar Sultan, namun harus sumpah setia kepada Kompeni beserta segenap keluarga dan keturunannya.

Active ImagePada tanggal 17 Maret 1813, berdasarkan kontrak politik antara Letnan Gubemur Jenderal Inggris (Thomas Stamford Raffles) yang diwakili oleh Residen Yogyakarta (John Crawfurd) dengan Paku Alam I maka lahirlah Kadipaten. Dengan demikian di DIY terdapat dua kerajaan, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Kasultanan) dan Kadipaten Pakulaman (Kadipaten). Kasultanan adalah kerajaan yang berpusat di Kota Yogyakarta yang wilayahnya meliputi sebagian Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan sebagian Kabupaten Kulonprogo. Sedangkan Kadipaten adalah kerajaan yang berpusat di Kota Yogyakarta yang mempunyai wilayah meliputi sebagian Kota Yogyakarta dan sebagian wilayah Kabupaten Kulonprogo yang dahulu disebut Adikarto.

Selain terikat dengan kesepakatan seperti tersebut di atas, dalam menjalankan pemerintahannya Sultan dan Paku Alam juga terikat oleh kontrak politik dengan Pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan tiga kali kontrak politik (tahun 1877, 1921, dan 1940) yang pernah diadakan antara Sultan Yogyakarta dengan Pemerintah Kolonial Belanda, menunjukkan bahwa Kasultanan tidak tunduk begitu saja pada kekuasaan Hindia Belanda. Dengan kata lain Kasultanan memiliki otonomi. Kasultanan tidak diatur secara sepihak oleh Gubernur Jenderal Belanda. Kasultanan diperbolehkan menjalankan pemerintahan sesuai dengan hukum adat dengan ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam kontrak politik. Begitu juga untuk Kadipaten mendapat perlakuan yang sama.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan NegaraRepublik Indonesia. Sehari kemudian yaitu pada tanggal 18 Agustusl945, Sultan dan Paku Alam mengirim surat kepada Soekarno-Hatta yang intinya menyampaikan Selamat atas berdirinya negara baru, negara Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 1945 Sultan – Paku Alam menyatakan di belakang Pimpinan Pemerintah RI.

Pemyataan tersebut direspon oleh Presiden Republik Indonesia dengan mengeluarkan Piagam Kedudukan kepada Sultan dan Paku Alam yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tetap pada kedudukannya sebagai Raja/Pemimpin yang berkuasa di daerah sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Piagam Kedudukan tersebut ditandatangani Presiden pada tanggal 19 Agustus 1945 dan baru disampaikan oleh Mr. Maramis dan Mr. Sartono pada tanggal 6 September 1945, di Yogyakarta.

Di tengah-tengah antara tanggal 19 Agustus 1945 yang merupakan tanggal ditandatanganinya Piagam Kedudukan dan tanggal 6 September 1945 yang merupakan waktu diterimanya Piagam Kedudukan, Sultan dan Paku Alam masing-masing mengeluarkan amanat yang terkenal dengan sebutan Amanat 5 September 1945, sebagai berikut:

a.   Kasultanan-Kadipaten berbentuk kerajaan yang merupakan DIY, bagian dari Republik Indonesia

b.  Kekuasaan dalam negeri dan urusan pemerintahan di tangan Sultan-Paku Alam.

c.   Hubungan Kasultanan-Kadipaten dengan Pemerintah RI bersifat langsung dan Sultan-Paku Alam bertanggung jawab kepada Presiden RI.

Piagam Kedudukan dan Amanat 5 September 1945 tersebut dikuatkan oleh Amanat Sultan-Paku Alam tertanggal 30 Oktober 1945 yang berisi:

a.  Kasultanan-Kadipaten menjadi daerah istimewa

b.  Sultan IX dan Paku Alam VIII masing-masing sebagai Gubemur dan Wagub DIY

Piagam Kedudukan, Amanat 5 September 1945, dan Amanat 30 Oktober 1945, merupakan komitmen politik antara Pemerintah Pusat dengan Kasultanan dan Kadi pa ten sampai dengan saat ini belum dicabut, mcstinya tetap mengikat Pemerintah sekarang.

Landasan Yuridis Konstitusional

Pengaturan Keistimewaan DIY dalam konstitusi kita sangat kuat. Pasal 18 UUD 1945: “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyaratan dalam sislem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Bahkan setelah diamandemenpun, UUD 1945 tetap mengakui daerah istimewa sebagaimana bunyi Pasal 18B ayat (1) “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang”.

Keistimewaan DIY juga diatur dalam undang-undang. Undang-undang dimaksud adalah UU 3/1950, UU 22/1948, UU 1/1957, Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 6/1959 (Disempurnakan), UU 18 /1965, UU 5 /1974, UU 22 /1999, dan UU 32/2004.

Pasal 225 UU 32/2004 berbunyi : Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan Undang-Undang diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam Undang-Undang lain.

Adapun dalam Pasal 226 ayat (2) mengatur khusus keistimewaan DIY yang berbunyi: Keistimewaan untuk Provinsi DIY sebagaimana dimaksud dalam UU 22/1999, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Provinsi DIY didasarkan pada Undang-Undang ini”.

Pasal 122 UU 22/1999 : “Keistimewaan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi DIY, sebagaimana dimaksud dalam UU 5/1974, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Propinsi Istimewa Aceh dan Propinsi Istimewa Yogyakarta didasarkan pada undang-undang ini.

UU 22/1999 ini tidak aspiratif, maka dari itu tidak dapat dilaksanakan alias mandul. Kita masih ingat, atas desakan rakyat Yogyakarta akhirnya proses pengisian jabatan Gubernur priode 2003-2008 mengabaikan UU 22 /1999 ini.

Dalam UU 5/1974, Pasal 91 hunif b di atur bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala DIY yang ada pada saat mulai berlakunya UU 5/1974, adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut UU 5/1974 dengan sebutan Kepala DIY dan Wakil Kepala DIY dan, yang tidak terikat pada ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. UU 5/1974 merupakan kesepakatan Pemerintah dan DPR-RI untuk mempertahankan kedudukan istimewa bagi DIY dengan keistimewaan yang terletak pada ketentuan tentang masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat pada ketentuan yang berlaku bagi kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya.

Perlu dicatal juga bahwa sebelum Indonesia mcmproklamasikan kemerdekaannya, Kasultanan Yogyakarta dan Pura Pakualaman merupakan sebuah negara merdeka yang berbentuk kerajaan, yang kemudian berdasarkan amanat 5 September 1945 menggabungkan diri dengan NKRI. Selanjutnya Negara memberikan pengakuaan keistimewaan terhadap dua kerajaan tersebut dengan dikeluarkannya UU 3/50, tentang Pembentukan DIY yang antara lain pada Pasal 1 ayat (1) menetapkan” Daerah yang rneliputi Daerah Kasultanan Yogyakarta dan daerah Pakualaman ditetapkan menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta” dan Pasal 1 ayat (2) menetapkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah setingkat dengan Provinsi”. Hal ini merupakan penghargaan negara RI terhadap DIY. Ruh keistimewaan DIY adalah Sultan otomatis ditetapkan oleh Presiden menjadi Gubernur DIY dan Paku Alam otomatis ditetapkan menjadi Wakil Gubernur DIY. Dengan dirumuskannya Pasal 1 tersebut berarti NKRI mengakui hak asal-usul DIY.

Peranan sejarah perjuangan DIY dalam perjuangan pergerakan nasional dapat dilihat pada saat situasi Jakarta sebagai ibukota RI yang dalam kritis karena ancaman Pemenntah Kolonial Belanda,Yogyakarta dijadikan sebagai ibukota RI sekaligus sebagai basis perjuangan untuk melakukan perlawanan terhadap imprelisme Belanda. Presiden beserta stafnya berkantor di Istana Gedung Agung Yogyakarta dan selama itu pembiayaan jalannya pemenntahan ditanggung oleh kasultanan Yogyakarta.

 Kesimpulan

Dari landasan sejarah dan landasan yuridis konstitusional tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.    Pada masa Pemeritahan Hindia Belanda, Kasultanan dan Kadipaten diakui keberadaannya yang diatur dan dikuatkan dengan Perjanjian Giyanti dan Kontrak Politik.

2.    Pada masa awal kemerdekaan, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno mengakui keberadaan DIY dengan mengeluarkan Piagam Kedudukan dan mengatur daerah istimewa pada UUD 1945.

3.    Keistimewaan DIY juga diatur dan dikuatkan oleh UU 3/ 1950, UU 22/1948, UU 1/1957, Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 6/1959 (Disempurnakan), UU 18/1965, UU 5/1974, UU 22 /1999, dan UU 32/2004.


Active Image

Active ImageHotel Phonik. CLDS kembali menggelar diskusi dengan mengetangahkan tema Menegakkan Kedaulatan NKRI di Wilayah Perbatasan. Forum Diskusi Group ini digelar oleh CLDS (Pusat Studi hukum Lokal) FH UII  bekerjasama dengan MPR RI. FGD berlangsung hari ini Kamis (30/7) 2009 bertempat di Hotel Phoenix Jl Jenderal Sudirman Yogyakarta. Diagendakan berlangsung dari pukul 09.00 sd 15.00.

Active ImageHotel Phonik. CLDS kembali menggelar diskusi dengan mengetangahkan tema Menegakkan Kedaulatan NKRI di Wilayah Perbatasan. Forum Diskusi Group ini digelar oleh CLDS (Pusat Studi hukum Lokal) FH UII  bekerjasama dengan MPR RI. FGD berlangsung hari Kamis (30/7) 2009 bertempat di Hotel Phoenix Jl Jenderal Sudirman Yogyakarta. Diagendakan berlangsung dari pukul 09.00 sd 15.00. Hadir sebagai Key Note Speach beliau Dr. Wahid Ketua MPR RI. Bersama Beliau Prof. Sarwidi, MSCE., Ph.D. selaku Wakil Rektor I diminta oleh Rektor UII untuk membuka Focus Group Discussion tersebut.

Active ImageDalam rangka kerjasama CLDS Fakultas  Hukum Universitas Islam Indonesia dengan MPR RI untuk membicara beberapa permasalahan terkait dengan daerah perbatasan di Indonesia diskusi tersebut menghadirkan pembicara yang sekaligus telah melakukan penelitian di daerah perbatasan yaitu Jawahir Thontowi, SH., Ph.D. bersama Saru Arifin, SH., LLM keduanya Dosen Fakultas Hukum UII serta ibu Endang Purwaningsih, SH., M.H. Dosen FH UGM. Ditemukan dalam diskusi tersebut banyak sekali permasalah. Permasalahan yang terkait dengan sengketa perbatasan maupun yang bersifat ekonomi, sosaial maupun pendidikan yang pada akhirnya juga bermuara pada permasalahan kedaulatan RI.

Rekomendasi yang diperoleh antara lain adalah dengan mengetahui kondisi riil di daerah perbatasan tentunya sangat rawan dengan konflik sekaligus degradasi nasionalismet. Dengan memberikan perhatian lebih khususnya kepada para penjaga perbatasan baik berupa kesejahteraan maupun persenjataan karena kondisi yang ada sangat memprihatinkan. Kesejahteraan tentu sangat diperlukan bagi rakyat di daerah tersebut. (Saryanti/arief)


 

Tamansiswo, 30 Juli 2009. Sebuah diskusi panel digelar oleh Departmene Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan mengetengahkan tema “KEBIJAKAN PERTANAHAN DAN MASA DEPAN PETANI INDONESIA”.

Tamansiswo, 30 Juli 2009. Sebuah diskusi panel digelar oleh Departmene Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan mengetengahkan tema “KEBIJAKAN PERTANAHAN DAN MASA DEPAN PETANI INDONESIA”.

Hadir sebagai Nara Sumber pada diskusi hari ini Kamis (30/7) 2009 jam 09.00 sd 12.00 bertempat di Ruang Sidang FH UII lantai 3 Jalan Tamansiswo 158 Yogyakarta adalah Prof. DR. Mochammad Maksum ( Guru Besar Teknologi Pertanian UGM), DR. Winahyu Erwiningsih SH MHUM ( Dosen FH UII) dan IR. Sri Susanti Amiyatsih,MS (Kepala Kantor BPN DIY).

Kepada seluruh mahasiswa dan dosen diharapkan bisa menghadiri acara ini, dan sifatnya gratis. Peserta akan mendapatkan seminar kit, makan siang dan sertifikat.

Active Image

Active ImageCik Di Tiro (uiinews) “Hubungan Pengawasan Produk Hukum Daerah antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”, begitu judul disertasi yang dipresentasikan oleh promovendus dan Doktor ke-17 Fakultas Hukum UII Yogyakarta, Ni’matujl Huda pada Sabtu (25/7) 2009 13.30 sampai dengan 14.30 WIB. di Ruang Auditorium UII lantai Jalan Cik di Tiro nomor 1 Yogaykarta.

 

 Ni’matul Huda, Doktor ke 17 FH UIIActive Image

Promovendus mempresentasikan karyanya dengan mantap didampingi dua rekannya, selama 15 menit tepat . Dewan penguji yang dipimpin langsung oleh Rektor UII, Prof DR. Edy Suandi HAmid, M.Ec. dengan Promotor Prof.Dr. Moh Mahfud MD,SH,SU dan Co.Promotor Prof Dr. Dahlan Thaib,SH,MSi dan Prof.Dr. Pratikno M.Soc,Sc,Ph.D dan anggota dewan penguji terdiri Dr.SF. Marbun,SH,MHum Prof.Dr. Prof.Dr.Bagir Manan SH MCI, Prof.Dr. Maria Farida Indrati SH MH, Prof Dr. Yuliandri SH MH.

Perjalanan karier pendidikan Doktor Hajah Ni’matul dibilang lancar, menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan SMU di Daerah asal kota Blitar (SMA lulus tahun 1980), Sarjana FH UII (lulus tahun 1988) S.2 di Universitas Pajajaran  Bandung (lulus 1997) Program S-3 /Progrtam doctoral di FH UII (lulus 25 Juli tahun 2009). Sekarang selain aktif sebagai dosen di Fakultas Hukum UII mengampu mata kuliah Hukum Tata Negara dan pernah menjadi Ketua Departemen HTN (1995-1998), Ketua PUSDIKLAT Laboratorium Hukum (1998-2000), Kepala Pusat Studi Hukum (2000-2002), Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan Pasca sarjana Ilmu Hukum (2001-2003), Ketua Dewan Pengarah Jurnal Hukum FH UII (tahun 2000 – sekarang juga aktif dan sekaligus pendiri Pusat Studi Hukum dan Konstitusi (2007 – sekarang) .

Berbagai penelitian , buku dan karya tulis dan jurnal telah banyak dihasilkan. Dan prestasi atas kemampuan menulisnya tidak diragukan lagi hal ini terbukti dengan pernah diraihnya beberapa kali sebagai dosen teladan dan terproduktif di UII. Prestais sebagai Dosen Teladan I tingkat UII (tahun 1999), Dosen Teladan I tingkat Kopertis Wilayah V Propinsi DIY (1999), Juara I Dosen terproduktif UII (tahun 2005 dan 2009), Juara III Dosen tetap Produktif UII dalam karya Ilmiah (2007), Juara I Lomba karya Tulis dlam rangka lima tahun MK RI (2008) dan Terakhir sebagai Dosen penerima Hibah Penulisan Buku Teks dari DIKTI DEPDIKNAS (2008).

Dosen muda yang masih senang dan enjoy dalam kesendiriannya ini  dengan lancar memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan dari Dewan Penguji yang terdiri dari 7 orang tadi. Saking lancarnya ketepatan jawaban yang tentunya sesuai dengan jawaban yang diharapkan penguji, maka waktupun masih tersisa sekitar 20 menit dari waktu yang dijadwalkan. Sesuai jadwal Ketua Penguji yang biasanya tidak memberikan pertanyaan kali ini berkesempatan menukikan paruh pertanyaan kepada promovendus hajjah Ni’matul Huda. Pertanyaan dari Ketua Penguji (Rektor UII) antaranya adalah seputar rekomendasi apakah yang akan diberikan olek promovendus sebagai doctor di bidang Hukum tata negara yang akan diberikan terhadap proses pengawasan produk hukumdaerah kedepan. Dengan mantap Ni’matul Huda menghatur tiga poin penting untuk bisa direkomendasikan antara lain; pertama Pemerintah Pusat hanya melakukan pengujian terhadap produk hukum daerah atas dasar alasan bertentangan dengan kepentingan umum dengan ruang lingkup yang jelas dan tegas. Kedua Pengawasan dari Pemerintah Pusat sifatnya hanyalah pengawasan preventif saja (executive preview) terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah,APBD dan RUTR serta memberikan pengesahan terhadap rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD. Ketiga Pengawasan Pemerintah perlu diperluas cakupannya, tidak hanya pada Peraturan daerah yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah tetapi pada semua Peraturan Daerah telah dikeuarkan oleh Pemerintah Daerah.

Usai mempresentasiukan dan mempertahankan disertasinya di depan tujuh dewan penguji, Ni’matul Huda yang saat itu memakai baju pink dibalut dengan kerudung sutra pink juga membuat penampilan mbak Ni’ begitu panggilan akrabnya smakin anggun, dan dengan penuh khidmat mendengarkan putusan dewan penguji bahwasannya’Promovendus Doktor Ni’matul Huda dengan Nomor Mahasiswa 03932004 dinyatakan “LULUS” dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’”, begitu urai Edy Suandy Hamid mengumumkan hasil ujian promosi doctor dari Sdri Ni’matul Huda. Dengan ini Ni’matul Huda dinyatakan sebagai Doktor ke-17 Fakultas Hukum UII dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’. Air mata harupun menetes dengan perlahan di wajah dara ayu kelahiran Blitar sekaligus Doktor baru ini, membuat wajah cantiknya semakin ayu.

Dan dengan dibacakan hasil, ujian inipun berakhir sudah agenda ujian Terbuka Doktor Ni’matul Huda ini selesai.. Tidak kurang dari 400 undangan memenuhi ruangan adutiroium UII tersebut, acara diakhiri dengan ramah tamah dan sayonara, Selamat katur mbak Ni’mah1 semoga dosen-dosen lainnya segera menyusul, Amin.(Sariyanti/arif SK)

Active Image

Active ImageParkir Kita Pindah Kemana Ya? Beberapa mahasiswa menanyakan akhir-akhir ini. Sebagai tindak lanjut dari tanggapan dari keluhan masyarakat terhadap kondisi parkir di Fakultas Hukum yang kurang pas dan meningkatnya kemacetan lalu lintas di depan kampus. Akhirnya area Parkir untuk mahasiswa FH UII khususnya yang menggunakan kendaraan roda empat dipindahkan ke area parkir halaman belakang. Kemudian untuk kendaraan beroda dua selain ditempatkan di bestmen gedung sayap selatan juga telah disiapkan dengan menggunakan lahan di sebelah selatan kampus FH UII jalan Tamansiswa.

Active Image

 Parkir kendaraan khususnya mobil selama menjadi permasalahan Kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia di Jalan Tamansiswa 158 Yogyakarta. Parkir kendaraan beroda empat selama ini ditempatkan di depan gedung tepatnya diantara sayap gedung utara dan sayap selatan hanya cukup untuk ditempati mobil fakultas dan milik dosen saja. Sedangkan mobil mahasiswa pada saat itu masih ditempatkan di sepanjang pinggir jalan Tamansiswa seputar kampus FH UII.  Dengan semakin padatnya lalu lintas jalan Tamansiswa parkir yang dilakukan di pinggir jalan tersebut cukup mengganggu pengguna jalan lainnya. Ketidaknyamanan ini hanya dapat diminimalisir dengan memindahkan parkir disepanjang jalan ke dalam area kampus.

Active ImageDapat dilihat foto di atas dan samping kiri bahwa sebenarnya area parkir FH UII cukup luas. Yang menjadi persoalan adalah akses untuk masuk ke dalam kampus.  Kampus sudah berusaha untuk membuat akses ke area parkir belakang dengan membeli tanah di sebelah utara gedung selebar dua (2) meter sampai keujung gedung.  Namun sampai saat ini penggunaannya belum bisa maksimal karena sesuatu hal. Luas area parkir di belakang kampus lebih kurang 1500 m2cukup untuk ditempati 30 an mobil. Tempatnya yang cukup rindang lebih nyaman bagi kendaraan setidaknya ketahanan cat, kaca-kaca (kaca jendela, kaca lampu), maupun asesoris mobil yang berasal dari mika tidak mudah pecah-pecah. Tingkat keamanannya lebih terjaga karena pada posisi area tertutup dengan akses jalan terbatas. Resiko terserempet kendaraan lain juga lebih kecil dan yang utama bagi pengemudi lebih aman saat membuka pintu untuk naik mobil.

Active Image Apabila berbicara untung rugi ada beberapa pihak yang terkait. Disatu sisi parkir kendaraan di sepanjang jalan merupakan income bagi pemerintah daerah tentu tidak lepas juga para petugas parkir lepas akan mendapatkan bagiannya.  Namun bagi mahasiswa sendiri selain sebenarnya kurang nyaman dan aman juga harus mengeluarkan uang tambahan setiap harinya. Walaupun hanya Rp1.000,- an  namun bila dikalikan sebulan atau setahun ya cukup banyaklah. Dengan digunakannya area parkir belakang untuk kendaraan beroda empat tentu akan lebih baik bagi semua pihak. Bagi devisi akademik rasanya juga mendpaatkan keuntungan dimana papan informasi yang diletakkan di sisi barang (sebagaimana gambar disamping) senantiasa terbaca oleh mahasiswa yang lalu lalang. Malah jika memungkinkan IKP juga mendapatkan peluang usaha baru yaitu cuci mobil dan motor. “Apa ada yang mau Mas?, tanya seorang temen petugas parkir.  “Kita nanya saya beberapa mahasiswa untuk sampel”, saut salah seorang yang lain.

Active ImageSalah Satu kendala yang dirasakan adalah akses masuk. Akses masuk yang dapat digunakan saat ini adalah halaman tengah kampus. Namun di area tersebut sudah digunakan sebagai area parkir kendaraan Fakultas dan para dosen yang terkadang sudah berjubel saat ramai. Halaman dan jalan ini sebenarnya masih cukup dan sangat longgor jikalau hanya dimanfaatkan untuk parkir di satu sisi saja. Sehingga sisi sebelah utara harus dikosongkan  dari kendaraan. Para satpam hanya berharap agar civitas akademika yang membawa mobil tidak menempatkan kendaraan di sisi utara area tersebut karena sementara ini untuk lalu lalang kendaraan yang parkir di halaman belakang.  Kata salah seorang security, “Kalau ada kendaraan yang parkir di sisi utara, kami  susah Mas, apalagi kalau milik dosen. Mau menegur tidak enak. Kalau dibiarkan tentu akan mengganggu dan resikonya kalau terserempet kendaraan yang lewat siapa yang disalahkan?”.